KSBSI.ORG: Bogor - Di era revolusi industri 4.0, teknologi informasi sudah menjadi bagian utama kebutuhan masyarakat global. Dalam dunia komunikasi, saat ini, media informasi pun sudah mengalami transisi yang begitu cepat. Dari media konvensional (cetak) ke media online. Termasuk media sosial (Medsos) pun sudah menjadi alat menyampaikan segala bentuk informasi.
Baca juga: DPP FSB NIKEUBA KSBSI Minta Bebaskan Muhammad Yusri, Ini Alasannya , Ini Dia Pasal Krusial UU Cipta Kerja Yang Mengancam Buruh,
Pada Sabtu, 22 Agustus kemarin,
Dewan Pengurus Cabang Federasi Serikat Buruh Garmen, Kerajinan, Tekstil, Kulit
dan Sentra Industri- Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia atau dikenal
DPC FSB GARTEKS-KSBSI Kabupaten Bogor Jawa Barat mengadakan pelatihan “Strategi
Serikat Buruh, Kampanye dan Advokasi Melalui Media Publik”.
Pelatihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) kepada pengurus dan anggota
dalam memahami cepatnya perkembangan informasi di era teknologi digital. Oleh
sebab itu, serikat buruh harus mampu beradaptasi menggunakan media digital dan
Medsos menjadi alat advokasi dan kampanye perjuangan untuk masyarakat luas.
Dalam kesempatan itu, Andreas
Hutagalung pemberi materi dari Departemen Komunikasi dan Politik DPP FSB
GARTEKS KSBSI menyampaikan serikat buruh tidak hanya mengutamakan jumlah
anggota dan kualitas SDM untuk memperkuat posisi tawar.
“Namun harus mengutamakan
merangkul media pers dan menggunakan Medsos untuk memberitakan segala bentuk
kegiatan, termasuk advokasi dan kampanye yang sedang diperjuangkan,” ujarnya,
di Sekretariat DPC FSB GARTEKS KSBSI Kabupaten Bogor.
Lalu bagaimana cara mengenalkan
serikat buruh yang efektif kepada pers dan publik? Sebenarnya tidak sulit,
selama ada kemauan. Dia menjelaskan, jika masyarakat ingin mengetahui segala
kegiatan serta yang sedang diperjuangkan DPC FSB GARTEKS KSBSI Kabupaten Bogor,
maka mulailah rutin menulis press release (siaran pers).
Menurutnya, apabila sebuah
organisasi rutin membuat siaran pers lalu diberikan kepada awak media untuk
dijadikan pemberitaan adalah langkah efektif agar cepat dikenal khalayak ramai.
Untuk membuat press release, dia juga menyarankan dengan cara yang sederhana.
“Tapi isi narasinya yang dibuat
harus dilengkapi data dan argumentasi yang lengkap dan tidak berlebihan,”
terangnya.
Intinya dalam menuliskan materi
kegiatan kegiatan, advokasi dan kampanye yang sedang dibuat, dia menyarankan
narasi yang dibuat tidak mengandung unsur kebencian, ras, sara dan agama. Agar
nantinya tidak terjerat unsur pidana Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik Nomor 11 Tahun 2008.
“Alangkah sangat baik membuat
narasi yang sifatnya mendidik (edukasi) dan bisa mempengaruhi publik,” ujarnya.
Selain itu, dalam mengkampanyekan
organisasi di Medsos, ia juga mengatakan tidak sulit. Cukup semua pengurus dan
anggota dengan rutin menuliskan secara sederhana dan tepat sasaran. Pelatihan
tersebut diberikan dua materi dengan topic Seberapa Penting Press Release
Serikat Buruh Dimata Media Publik? dan Serikat Buruh dan Kekuatan Media Sosial.
(A1)