KSBSI.ORG: Jakarta: Baru-baru ini, Organisasi Buruh Internasional (ILO) merilis hasil survei, bahwa hampir 70 persen pelajar dan mahasiswa diberbagai negara tidak lagi belajar dibangku pendidikan seperti biasanya. Sebab, dampak pandemi Covid-19, menyebabkan mereka untuk sementara waktu terpaksa belajar lewat dunia online.
Baca juga: Presiden KSBSI: Buruh Hanya Menolak UU Cipta Kerja, Tak Ada Mendesak Jokowi Mundur, KSBSI Gelar Konsolidasi Judical Review UU Cipta Kerja, FSB GARTEKS KSBSI Mulai Targetkan Kepemimpinan Buruh Perempuan,
Menurut analisa ILO, cara belajar online saat ini memiliki dampak
pada kualitas pendidikan, mental dan keahlian ketika lulus dari bangku
pendidikan. Terlepas dari upaya mereka terus belajar dan berlatih, namun pola
pendidikan jarak jauh dinilai tidak efektif meningkatkan ketrampilan setelah
lulus nanti.
Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO mengatakan pola pendidikan
dimasa pandemi ini ikut berdampak pada generasi muda yang tinggal di negara
berpenghasilan rendah. Karena mereka kesulitan memiliki jaringan akses
internet, maupun peralatan untuk mendukung belajar online.
“Pandemi ini menimbulkan persoalan baru bagi kaum
muda. Bahkan bisa menghancurkan mental dan masa depan mereka jika selama proses
belajar mereka melalui online tidak didukung dengan baik,” ungkap Guy Ryder
dalam keterangan tertulisnya.
Lalu terdapat 38 persen pelajar yang sudah berhenti dari
bangku pendidikan karena kesulitan biaya. Kemudian 50 persen orang muda sedang
mengalami rasa cemas berlebihan, takut orang tuanya terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK). Sehingga akhirnya terpaksa berhenti dari bangku sekolah/kuliah,”
terangnya.
ILO menyerukan kepada para pemimpin dunia, untuk serius
menyikapi realitas pendidikan hari ini. Pasalnya, jika kualitas pendidikan
mengalami penurunan, kualitas kepemimpinan masa depan dunia pun ikut menurun.
“Sangat tidak salah jika membuka ruang dialog dengan
generasi muda. Untuk mendengarkan saran dan solusi pendidikan dimasa pandemi
ini. Termasuk mencari solusi lapangan kerja bagi orang tua mereka yang ter-PHK.
Karena masa depan generasi muda ada ditangan orang tuanya, yang memberikan
biaya pendidikan,’ tandasnya.
Perlu
Evaluasi
Sementara Sulistri PLT Ketua Umum Federasi Serikat Buruh
KAMIPARHO Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan
pandemi Covid-19, memaksa pelajar dan mahasiswa belajar online. Menurutnya,
mereka yang sedang belajar online, pada umumnya hanya diuntungkan pada teori
saja.
“Namun dalam pelajaran praktik sangat minim. Padahal, bagi
pelajar tingkat SMA/SMK sangat dibutuhkan bekal ketrampilan setelah lulus untuk
di dunia kerja,” ujarnya, saat diwawancarai, di Kantor KSBSI, Cipinang Muara,
Jakarta Timur, Selasa, 22 September 2020.
Kata Sulistri, penerapan pendidikan online hari ini,
menyebabkan semuanya harus belajar di rumah. Dijelaskannya, dalam persoalan
pandemi, dia menilai buruh perempuan yang juga sebagai ibu rumah tangga yang paling
mengalami beban berat. Baik tekanan beban ekonomi, mental dan psikologi.
“Dulu mereka hanya sibuk bekerja dan menyelesaikan urusan
rumah tangga. Namun setelah pandemi Covid-19 terjadi, beban buruh perempuan
yang juga ibu rumah tangga ini, banyak mengalami tingkat stres yang tinggi.
Karena mau tidak mau terpaksa sering mendampingi anaknya belajar lewat online
dan kebutuhan ekonomi bertambah, seperti membeli Hand Phone (HP) dan pulsa,”
ujarnya.
Pendidikan online juga berdampak terhadap pelajar yang tinggal
didaerah tertinggal. Mereka pasti sering kesulitan mendapatkan akses jaringan
online, akhirnya materi pendidikan yang diterima pasti tertinggal jauh. Kemudian
, pelajar SMK yang mengandalkan praktik langsung dibangku sekolah pun ikut
berdampak. Sebab, dimasa pandemi, segala bentuk praktik harus dihentikan. Sehingga
kwalitas ketrampilan yang didapat setelah lulus nanti, kemungkinan sulit berkompetisi.
“Saya menjadi khawatir, dengan pola pendidikan online saat
ini, generasi muda kita keahliannya menjadi minim, sikap kritis dan cerdas ikut
berkurang jauh dalam membaca tantangan di era 4.0,” ujarnya.
Sejauh ini, Sulistri melihat pemerintah belum keseriusan
melakukan evaluasi pendidikan online, dari tingkat SD sampai bangku kuliah.
Selain itu pendidikan online saat ini, banyak pelajar yang mengalami rasa jenuh
belajar di rumah. Terlebih lagi, aktivitas mereka diluar rumah pun sedang serba
dibatasi, karena harus mengikuti protokol kesehatan.
Sarannya, pemerintah sebaiknya mengevaluasi pola pendidikan
online dengan menciptakan metode pendidikan yang bisa menarik minat belajar.
Dia juga meminta pemerintah harus memperhatikan program subsidi pendidikan.
“Kalau bisa pemerintah segera membuat kebijakan dengan
menurunkan biaya pendidikan. Karena anak-anak kami sekarang ini belajar di
rumah, tidak di bangku pendidikan formal. Dan kami yang menjadi ibu rumah tangga pun
mengalami beban ekonomi yang semakin bertambah,” pungkasnya.
Terakhir, Sulistri menyampaikan ditengah situasi yang
terjadi, ada kemungkinan tercipta jenis-jenis pekerjaan baru. Dan beberapa
jenis pekerjaan lama bisa jadi akan hilang. Untuk itu, pemerintah harus bergerak cepat. Dengan
membuat kurikulum pendidikan serta menciptakan orang-orang yang nantinya bisa
merebut jenis pekerjaan baru ini.