Imbas Corona Telah Merontokan Pendapatan Upah Buruh Dunia

 Imbas Corona Telah Merontokan Pendapatan Upah Buruh Dunia

KSBSi.ORG: Dampak ekonomi dari pandemi virus Corona yang sudah terjadi beberapa bulan ini telah menghilangkan pendapatan jutaan buruh di dunia sebesar $ 3,5 triliun (£ 2,75 triliun).Menurut badan tenaga kerja PBB dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengatakan pendapatan dari pekerjaan turun sekitar 10,7% pada tiga kuartal pertama tahun 2020. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019.

Baca juga:  Sekjen KSBSI: Buruh Dibohongi, Kami Siapkan Langkah Judical Review UU Cipta Kerja, Aktivis Buruh Desak Evaluasi Pendidikan Online, Apa Sebabnya?,

Penurunan pendapatan upah buruh ini akibat dampak meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja, pengurangan jam kerja. Salah satu Badan PBB yang berbasis di Jenewa, Swiss ini mengatakan penurunan terbesar upah ini pada umumnya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan Amerika Serikat.

 

Pendapatan dari pekerjaan turun 15,1 persen di negara berpenghasilan rendah hingga menengah, seperti Bangladesh, Kamboja, Nigeria, dan Ukraina. Secara regional, Amerika Serikat mengalami penurunan terbesar, turun 12,1 persen.

 

Meskipun penilaian tidak termasuk dukungan pendapatan yang disediakan oleh pemerintah - lebih umum di negara-negara kaya. Namun angka-angka tersebut memperlihatkan efek dramatis pada pekerja dari penutupan yang luas dalam aktivitas selama pandemi.

 

Selain itu, ILO mengatakan prospek pekerja dalam tiga bulan terakhir tahun 2020 telah memburuk secara signifikan. Hal ini diperparah ditengah meningkatnya tingkat infeksi di beberapa negara dan melemahnya tingkat aktivitas ekonomi global.

 

Termasuk ILO membeberkan jam kerja pada kuartal keempat diproyeksikan 8,6 persen, dibawah level 2019-setara dengan hilangnya 245 juta pekerjaan penuh waktu. Tentunya fenomena ini merupakan peningkatan dari penurunan 4,9 persen atau 140 juta pekerjaan, yang diperkirakan awal tahun ini.

 

Kemudian, salah satu alasan meningkatnya jam kerja yang hilang adalah karena pekerja di negara sedang berkembang dan berkembang. Terutama mereka yang bekerja di sektor informal, lebih terpengaruh oleh pandemi daripada krisis ekonomi sebelumnya.

 

Sebenarnya, paket bantuan pemerintah telah diluncurkan di negara-negara kaya untuk meredam kejatuhan ekonomi dari pandemi termasuk Inggris. Dimana lebih dari 9,6 juta pekerjaan telah dicabut melalui skema retensi pekerjaan virus corona dengan biaya sejauh ini hampir £ 40 miliar ke kas negara.

 

Namun, negara sedang berkembang dan berkembang memiliki kapasitas yang lebih kecil untuk mendanai langkah-langkah tersebut. Sehingga memiliki dampak tidak baik pada pekerja di ekonomi berpenghasilan rendah akibat hilangnya pendapatan.

 

Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO untuk mengatasi masalah yang terjadi dibutuhkan upaya keras untuk memutuskan rantai penyebaran virus Corona, serta menemukan vaksinnya. Para pemimpin dunia juga harus membangun komitmen untuk mencari solusi terhadap pekerja yang telah kehilangan pekerjaan.

 

“Saat sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berkumpul di New York, komunitas internasional perlu segera menetapkan strategi global untuk pemulihan melalui dialog, kerja sama, dan solidaritas. Tidak ada kelompok, negara atau wilayah yang bisa mengatasi krisis ini sendirian,” tutupnya.  (sumber:www.theguardian.com)

Komentar