Pertemuan Pemimpin G20 Dinilai Belum Memihak Pada Perlindungan Sosial

Pertemuan Pemimpin G20 Dinilai Belum Memihak Pada Perlindungan Sosial

KSBSI.ORG: Serikat konfederasi buruh internasional atau International Trade Union Confederation (ITUC) menilai pertemuan pemimpin negara G20, pada 21-22 November 2020 di Riyadh Arab Saudi, dinilai belum memihak buruh/pekerja pada perlindungan tenaga kerja. Dalam pertemuan itu, memang ada kesepakatan dukungan akses vaksin yang akhirnya diterima. Namun tidak ada inisiatif baru mendukung negara berkembang. Serta gagasan dalam agenda reformasi pajak internasional.

Baca juga: 

Sharan Burrow, Sekretaris Jenderal ITUC mengatakan bahwa dintengah pandemi Covid-19, dunia sedang menghadapi tantangan ketenagakerjaan terbesar yang paling sulit. Tapi hasil pertemuan pemimpin G20,  belum menunjujkan kesepakatan yang membawa perubahan. Dijelaskannya, setiap deklarasi mengakui skala tantangan tanpa menawarkan solusi nyata.

Kemudian aksi tindakan terkoordinasi, dengan dukungan untuk negara-negara paling tidak kaya, diperlukan untuk pemulihan dan ketahanan. Kurangnya ambisi global dalam Deklarasi G20 ini sangat mengecewakan dan akan membuat negara-negara sendiri berjuang melawan konsekuensi ekonomi yang mengerikan dari pandemi.

Beberapa elemen positif dari deklarasi ini termasuk rujukannya pada perlunya tindakan di sektor-sektor seperti pariwisata dan pertanian serta gerakan anti korupsi dan pentingnya pendidikan. Meskipun tidak ada komitmen untuk membiayai pendidikan atau mendukung guru atau orang lain yang bekerja di sekolah.

“Proposal sederhana tentang aksi iklim dan keanekaragaman hayati juga disertakan, seperti juga kebutuhan untuk reformasi dan pembiayaan Dana Moneter Internasional (IMF),” jelasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/11/20).

Sementara Pierre Habbard, Sekretaris Jenderal Komite Penasihat Serikat Pekerja (TUAC) untuk Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), mengatakan pertemuan pemimpin G20 pada awalnya dibentuk untuk mendukung ekonomi yang dilanda krisis pada 2008-2009. Lalu mengoordinasikan kebijakan menuju model pertumbuhan berkelanjutan, termasuk mengurangi ketidaksetaraan.

“Hari ini, kita berisiko mengalami kelelahan G20. Tahun depan akan menentukan untuk meningkatkan standar dan ambisi untuk forum global ini, dan mengembalikannya ke mandat awalnya, mengeluarkan kita dari krisis global ini.” pungkasnya. 

Intinya, dunia sedang mencari terobosan tentang isu-isu kritis yang menjadi perhatian ekonomi dunia. Namun sayangnya hal tersebut belum tersampaikan. “Kami berharap dapat bekerja sama dengan Presidensi G20 Italia untuk mendapatkan kemajuan nyata atas pertanyaan-pertanyaan ini,” tutupnya. (A1)

Komentar