KSBSI.ORG, Baru-baru ini International Federation of Journalist (IFJ) membeberkan pekerja jurnalis penuh ancaman saat melakukan peliputan aksi masyarakat sipil yang melakukan unjuk rasa menentang kudeta militer di Negara Myanmar. Dilaporkan, pihak militer telah menangkap 25 jurnalis sejak junta militer merebut kekuasaan pada 9 Februari.
Baca juga: Buruh Perempuan Sawit Kecewa, Tuntut Manajemen PT MAS Aktifkan Kepesertaan BPJS.,
IFJ
menuntut militer untuk segera membebaskan wartawan yang telah ditahan. Dan
menjamin, selama awak media melakukan peliputan, diberikan jaminan keamanan
tanpa ada intimidasi dan perlakuan kekerasan. Data terakhir, dari Sabtu 27-28
Februari bulan lalu, setidaknya 10 jurnalis ditahan pihak militer di seluruh
Myanmar. Termasuk penangkapan ratusan demonstran di Negara Bagian Chin, Monywa,
Yangon dan daerah lain.
Thein Zaw
dari Associated Press adalah salah satu jurnalis yang ditahan pada hari Sabtu
di Yangon, kota terbesar di Myanmar, seperti halnya Ma Kay Zon Nway, dari
Myanmar Now yang ditangkap saat melakukan streaming langsung protes. Kantor Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan sedikitnya 18 tewas
dan lebih dari 30 luka-luka pada Minggu 28 Februari lalu.
Penasihat
IFJ Phil Thornton mengutip setidaknya 19 pembunuhan yang dikonfirmasi dan 10
pembunuhan yang belum dikonfirmasi yang dilaporkan oleh media lokal
Myanmar. Setelah akhir pekan yang penuh
kekerasan bagi para pengunjuk rasa dan jurnalis, Aung Kyaw, koresponden untuk
perusahaan media independen, Suara Demokratik Berma (DVB), yang meliput
demonstrasi di Myeik, Divisi Taninthayri pada hari Minggu tanggal 28 Februari
ditangkap di rumahnya.
Pada 1
Maret di Myeik, Aung Kyaw menyiarkan langsung penangkapannya yang menunjukkan
militer menembakkan peluru tajam ke arahnya dan masuk ke rumahnya untuk
membawanya pergi. Saat ini tidak diketahui di mana Aung Kyaw berada atau
mengapa dia ditangkap.Berdasarkan informasi The Irrawaddy, dari 25 jurnalis
yang ditangkap sejak 9 Februari, sepuluh masih ditahan.
IFJ
menyampaikan tindakan subversi militer Myanmar dengan menangkap pekerja
jurnalis dengan tanpa alasan adalah cara mematikan kebebasan informasi. IFJ
akan tetap bersama serikat media dan pekerja di Myanmar dan mengutuk
penangkapan jurnalis. Serta mendesak militer untuk segera membebaskan mereka
yang ditahan karena meliput demonstrasi. (A1)