KSBSI.ORG, JAKARTA- Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengecam keras aksi kudeta militer yang terjadi di Negara Myanmar. Pasca perebutan kekuasaan dari pemerintahan sipil itu, akhirnya lahir sikap perlawanan yang dilakukan mahasiswa, serikat buruh/pekerja, mahasiswa dan masyarakat sipil menolak rezim militer.
Baca juga: Demo di Kedubes Myanmar, Buruh KSBSI Koyak Photo Jenderal Min Aung Hlaing, Kutuk Kudeta Militer, Besok Massa Buruh KSBSI Demo di Kedubes Myanmar , Kutuk Kudeta Militer, Besok Massa Buruh KSBSI Demo di Kedubes Myanmar , Kutuk Kudeta Militer, Besok Massa Buruh KSBSI Demo di Kedubes Myanmar ,
Elly
Rosita Silaban Presiden KSBSI mengatakan bahwa pada umumnya negara yang
dikuasai rezim militer sangat identik pembajakan demokrasi. Padahal, bagi
masyarakat sipil, demokrasi adalah alat membangun peradaban untuk melahirkan
kebijakan dan kepemimpinan yang baik.
“Aksi
KSBSI hari ini demo di Kedubes Myanmar adalah bagian solidaritas kemanusiaan.
Nah, Indonesia sendiri sendiri pernah mengalami pemerintahan militer yang
diktator selama 32 tahun pada masa orde baru (Orba). Termasuk KSBSI pun ikut
mengalami korban kekejaman kediktatoran itu,” ucapnya, saat melakukan aksi demo
di Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta Pusat, Rabu (10/3/21).
Ia
juga menerangkan KSBSI tetap mendukung gerakan aktivis serikat buruh/pekerja,
mahasiswa, jurnalis dan masyarakat sipil Myanmar yang telah berani menyuarakan
hak demokrasinya melawan rezim militer. Disatu sisi, Elly menyampaikan duka
mendalam. Pasalnya lebih dari dari 50 orang telah tewas. Ribuan lainnya terluka
dan sebagiannya lagi ditangkap saat melakukan sikap protes.
KSBSI
juga sudah mengirimkan surat resmi ke Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia (Kemlu RI), Kedubes Myanmar dan PBB untuk mendesak menghentikan
segala aksi kekerasan militer Myanmar dibawah komando Jenderal Aung Hlaing.
Sebab, sampai hari ini korban masyarakat sipil masih terus berjatuhan.
Diantaranya, perempuan dan anak-anak paling berdampak terhadap kudeta militer
ini.
“Kami
meminta pemerintah RI segera bersikap untuk mendesak Jenderal Aung Hlaing
segera mengakhiri ambisi politiknya. Karena aksi represif aparat militer ini
telah menyiksa masa depan masyarakat Myanmar yang memang menginginkan demokrasi
sebagai jalan perubahan,” tegasnya.
Setelah
hampir dua jam melakukan orasi, pihak Kedubes Myanmar tidak ada yang terlihat
untuk menerima perwakilan KSBSI. Berdasarkan informasi, aktivitas kantor duta
besar ini sengaja tidak beraktivitas, akibat situasi politik yang kian memanas
di negara itu. KSBSI menegaskan, akan kembali melakukan aksi demo dan
menggalang kekuatan massa yang lebih banyak.
“Kami
akan ikut menjadi bagian dari solidaritas serikat buruh/pekerja lintas negara
untuk menolak dan memboikot pemerintahan militer di Myanmar,” tandasnya.
Ada
beberapa tuntutan KSBSI terhadap pemerintah militer Myanmar, diantaranya:
-
Mengutuk kudeta di Myanmar dan meminta Kedutaan Myanmar di Jakarta melakukan
upaya kemanusiaan menolak semua upaya militer untuk berkuasa secara paksa,
menolak semua tindakan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penangkapan.
-
Kedutaaan Myanmar harus ikut mendukung
kepatuhan terhadap kebebasan berserikat, perlindungan para pemrotes,
penghormatan atas hak untuk berkumpul secara damai dan protes serta hak untuk
berpendapat, berekspresi. dan pidato, termasuk ketergantungan pada platform
teknologi informasi.
-
Mengupayakan dan memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan baik dari
badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional serta untuk mendukung
kerja Organisasi Masyarakat Sipil independen di Myanmar.
-
Menahan semua proses lobi atau kerjasama semua perusahaan yang dipekerjakan
oleh militer Myanmar yang berproses melalui Kedutaan Myanmar di Jakarta.
-
Mendukung dan membantu semua pengungsi dari penganiayaan militer Myanmar.
-
Melindungi semua staf dan pekerja
diplomatik di Indonesia dan Myanmar.
-
Berkaitan dengan hal tersebut, KSBSI menghimbau agar pemerintah Indonesia
melakukan langkah yang diperlukan untuk mengambil bagian dalam mengakhiri
pelanggaran HAM di Myanmar, termasuk menutup Kedutaan Myanmar di
Jakarta-apabila mendukung dan berdiri bersama penguasa militer saat ini.
Indonesia harus membuktikan kepada dunia juga bahwa kita berada digaris depan
untuk membela penderitaan rakyat di seluruh dunia khususnya Myanmar saat ini
dan juga memberikan dukungan dan perlindungan kepada para pekerja yang
memprotes kudeta. Untuk itu Indonesia melalui Kemenlu harus melanjutkan upaya
memfasilitasi perdamaian di Myanmar sebagaimana telah di mulai di Thailand,
minggu lalu. (A1)