Kerusakan Bumi Makin Terancam, Aktivis Buruh Bahas Perubahan Iklim

 Kerusakan Bumi Makin Terancam, Aktivis Buruh Bahas Perubahan Iklim

KSBSI.ORG, Bogor - Bertempat di Hotel Mirah, kota Bogor Jawa Barat, Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia, Solidarity Center dan International Institute for Workers Education (IIWE) menggelar workshop tentang Perubahan Iklim dan Transisi Yang Adil dengan tema ‘Intervensi Ketenagakerjaan dalam NDC/LTC-LCCR. Acara yang berlangsung 2 hari, pada 27-28 Mei 2021 tersebut dihadiri dari perwakilan lintas serikat pekerja/buruh dari 10 Federasi KSBSI, KSPSI, FSPMI, KSPN, KS BUMN dan FARKES Reformasi, GSBI.

Baca juga:  Apa Itu Kontrak Sosial Baru untuk Jaminan Pemulihan dan Ketahanan?,

Dalam kata sambutannya, Dedi Hardianto Sekretaris Jenderal (Sekjen) KSBSI menyambut baik acara workshop ini, karena akan menambah pengetahuan baru aktivis buruh dalam menyikapi isu lingkungan. Dia berharap, ditengah dunia saat ini mengalami kerusakan lingkungan, aktivis buruh harus terlibat untuk memperbaikinya.

“Termasuk ikut terlibat mencari solusi jalan tengahnya. Semoga, workshop yang diselenggarakan 2 hari ini, semua peserta workshiop bisa memberikan saran dan ide. Supaya nantinya bisa kita berikan ke pemerintah serta kampanyekan untuk mewujudkan just transistion (transisi yang adil) untuk menyikapi perubahan iklim,” ucapnya.

Willy Balawala, Koordinator Program Solidarity Center perwakilan Indonesia dan Malaysia menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh peserta yang hadir. Ia mengatakan sudah waktunya aktivis buruh menyikapi isu lingkungan. Sebab, perubahan iklim telah membawa dampak kepada ratusan pekerja akan terancam kehilangan pendapatan upah dan pekerjaan kalau tidak disikapi sejak dini.

“Sebenarnya aktivis NGO atau LSM beberapa tahun ini sudah menyikapi serius tentang efek perubahan iklim. Saya berharap, aktivis serikat pekerja/buruh harus terlibat untuk melakukan kampanye dan advokasi. Terutama mendorong perusahaan ikut mengurangi gas karbon,” ungkapnya.

Dalam pemaparan materinya, Rudi Syah dari Komunitas Konservasi Indonesia WARSI menjelaskan bahwa, kerusakan alam telah menjadi ancaman utama masyarakat dunia. Untuk mengatasinya, tentu saja tidak bisa dilakukan satu pihak.

“Namun kesadaran dan partispasi masyarakat dunia , termasuk aktivis serikat buruh dibutuhkan ikut terlibat mengatasi ancaman perubahan iklim, demi menyelamatkan seluruh isi bumi,” terangnya.

Kata Rudi, tugas masyarakat Indonesia saat ini masyarakat harus bersikap kritis untuk mempertahankan lahan hutan Indonesia seluas 20 persen. Sebab, ancaman pembabatan hutan, mengakibatkan emisi yang semakin tinggi dan suhu panas dunia semakin tinggi. Karena hutan memang berfungsi optimal dalam menyerap karbon dan mencegah karbon untuk terlepas ke atmosfir.

“Dampak luas hutan semakin berkurang menyebabkan suhu suhu secara global meningkat, permukaan air laut naik dan iklim tidak stabil,” ungkapnya.

Rudi mendorong semua elemen gerakan sosial ikut mendorong kesepakatan para pemimpin dunia untuk menjalankan kesepakatan deklarasi Kyoto protocol untuk negara maju dan berkembang, REDD+dan Result based payment untuk valuasi nilai carbon lewat trading, Paris agreement, tentang komitmen seluruh negara dalam melakukan pengurangan emisi adopsi sustainable development.

Terakhir dia menerangkan dampak perubahan iklim  telah meningkatkan stress dan kerugian ekonomi global besar. Seperti bagi pekerja di sektor pertanian dan kontruksi.  Mereka mengacu pada suhu 1,5 derajat celcius.

“Upaya kita adalah menghilangkan jejak karbon, contohnya mematikan listrik jika tidak dipakai. Kertas juga harus hemat, jika kertas diganti elektronik itu bagus,” jelasnya.

Nur Masripatin Penasihat di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengatakan dirinya sangat mengapresiasi, karena aktivis serikat buruh ikut terlibat penyelamatan perubahan iklim. Terutama dalam agenda just transision untuk memperbaiki kerusakan alam.

“Pemerintah Indonesia masih tetap konsisten menyikapi just transision pada COP 26 dan komitmen nasional dalam updated NDC dan LTS –LCCR,” tegasnya.

Tahun ini, pihaknya akan mengedepankan Agenda Negosiasi 2021. Dimana, akan menargetkan seluruh pemimpin negara bersepakat dalam  pengurangan emisi. Sehingga dunia akan memasuki era baru dan dukungan transisi dan pembangunan green jobs.

 

“Saya nilai workshop ini sangat penting untuk membangun kesadaran menyelamatkan bumi. Sebaiknya harus ada langkah kongkrit lagi dengan membentuk koalsi aksi adaptasi untuk global dan mobilisasi financial support untuk keuangan dan melibatkan masyarakat. Termasuk dampak perubahan iklim dalam ketenagakerjaan telah terjadi peningkatan suhu dan ancaman kehilangan pekerjaan,” tegasnya.

 

Sementara Maria Emeninta Koorditanor IIWE memaparkan akibat ancaman perubahan iklim, salah satunya mengancam 50 juta pekerja di sektor tambang akan kehilangan pekerjaan. Dan tentu saja masalah ini harus menjadi perhatian serius, belum lagi jenis pekerjaan di sektor transportasi, jasa dan lainnya. 

Lalu apa yang harus dilakukan serikat buruh/pekerja untuk mengatasi ancaman tersebut? Maria menjelaskan harus ada dorongan untuk ke pemerintah untuk segera melakukan mitigasi pengurangan emisi. Walau disatu sisi, akan berdampak pada pekerja. Seperti:

1. Hilangnya pekerjaan

2.Menciptakan pekerjaan baru terutama di daerah baru/pedalamanm

3.Cost perlindungan sosial : lebih baik>< buruk

4. Kesadaran terhadap pentingnya decent work dan green job

5. Penutupan banyak perusahaan migas

6.Peningkatan kualitas untuk pekerjaan alternatif/baru

7.Peningkatan system outsourching

8. Pengalihan transportasi jalan raya ke Kereta Api

9.  Peralihan minyak bumi ke alternatif tradisional

 

Menurutnya,  sikap just transision (transisi yang adil sebuah solusi tawaran keseimbangan bagi dunia industri dan lingkungan. Sebab, pada kongres Konfedeerasi Serikat Buruh Internasiona (ITUC) tahun 2010 juga sudah ikut mendukung kampanye just transision. Serta di dukung  International Labour Organization (ILO) pada 2013 dan menjadi panduan sejak tahun 2015.

Untuk mengkampanyekan just transision, maka diperlukan strategi, seperti pemberian pelatihan dan peningkatan skil (oleh pemerintah dan pengusaha), perlindungan sosial (antisipasi dan pasca kebijakan), ekonomi mikro, terutama informal. Lalu akses prioritas pada mantan buruh terimbas (pekerjaan lebih hijau).

“Terakhir akses terhadap informasi dan mengedepankan agenda sosial dialog ke lintas elemen,” tandasnya. (Red/A1)

 

 

 

 

 

Komentar