KSBSI.ORG, Bandung-Dewan Pengurus Cabang Federasi Serikat Buruh Garmen, Kerajinan, Tekstil, Kulit dan Sentra Industri afiliasi dari Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (DPC FSB GARTEKS KSBSI) Kota Bandung Jawa Barat menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) ke III di kota Bandung Jawa Barat, Minggu (6/6/21). Acara tersebut juga dihadiri Tri Pamungkas dan Wira Kacaw perwakilan DPP FSB GARTEKS.
Baca juga: Supardi-Sulistri Terpilih Ketum dan Sekjen DPP FSB KAMIPARHO Periode 2021-2025,
Hasil dari
konfercab itu, akhirnya memilih Ahmad Munir dan Ahmad sebagai Ketua Cabang dan
Sekretaris DPC FSB GARTEKS Kota Bandung. Acara penyerahan mandat kepemimpinan
langsung diberikan ketua cabang demisioner Agus Saefudin. Dan ia berharap kedua
pemimpin yang terpilih bisa membawa amanah perubahan organisasi menjadi lebih
baik.
Ahmad Munir
Ketua Cabang FSB GARTEKS Kota Bandung mengatakan langkah yang akan dilakukan
dalam waktu dekat ini segera melakukan agenda konsolidasi internal. Dari dari
tingkatan pengurus cabang dan anggota. Salah satu keinginan yang diharapkannya
bisa kembali menjadi serikat buruh yang memiliki karakter kritis untuk memihak
kepentingan masyarakat.
“Untuk
menjadi serikat buruh yang kritis dan terdidik, FSB GARTEKS Kota Bandung nanti
akan memulai kaderisasi kepada Pengurus Komisariat (PK) dan anggota. Supaya
nantinya regenerasi kepemimpinan juga berjalan,” ucapnya, saat diwawancarai
melalui seluler.
Dalam pengembangan
organisasi, Ahmad Munir mengakui kota Bandung dan sekitarnya saat ini bukan
lagi wilayah industri, salah satunya di sektor industri garmen, tekstil, sepatu
dan alas kaki (TGSL). Sebab perusahaan di sektor tersebut sudah ekspansi ke
wilayah Jawa Tengah dan berdampak pada jumlah anggota buruh di FSB GARTEKS Kota
Bandung mengalami penyusutan.
“Kami akan memulai gerakan baru dengan
mengorganisir di sektor jasa sembari mempersiapkan tim organiser untuk merekrut
buruh,” terangnya.
Dalam
memperkuat posisi tawar FSB GARTEKS Kota Bandung, Ahmad Munir mengatakan akan
merubah tetap mengedepankan agenda dialog sosial. Namun dia menegaskan, serikat
buruhnya tidak akan menjadi serikat buruh yang gampang ditundukan oleh
penguasa. Tapi harus bisa independen dan menyuarakan hak-hak kesejahteraan
buruh.
“Kami akan
mendukung pemerintah kalau kebijakannya memihak pada buruh seperti dalam
memutuskan soal penetapan upah. Kalau tidak berpihak, pasti akan ada sikap
kritis untuk melakukan perlawanan, seperti aksi demo,” tegasnya.
Menurutnya,
sejauh ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kota Bandung sudah memperhatikan
kepentingan buruh. Seperti kebijakan memberikan fasilitas ‘bis buruh’, karena
sejak awalnya memang ada tuntutan dari aliansi serikat buruh/pekerja. Artinya,
dirinya setuju gerakan buruh mengedepankan dialog sosial.
“Tapi selama
menjalankan agenda dialog sosial, Sumber Daya Manusia (SDM) setiap pengurus FSB
GARTEKS Kota Bandung harus memiliki kepemimpinan intelektual yang baik. Agar
posisi tawar kuat dihadapan pemerintah dan pengusaha. Seperti menetapkan upah
layak dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB),” ungkapnya.
Ahmad Munir
menargetkan selama 4 tahun kepemimpinannya nanti dia berupaya akan membuat FSB
GARTEKS Kota Bandung menjadi serikat buruh yang diperhitungkan. Intinya, tahun
ini, konsolidasi internal dan pengkaderan menjadi prioritas utama yang segera
dilakukannya bersama pengurus yang terpilih.
“Setelah
program pengkaderan berjalan baik, kami akan fokus pengembangan organisasi
untuk menambah jumlah anggota dan PK tingkat perusahaan,” tutupnya. (A1)