KSBSI.ORG,Organisasi perburuhan Internasional atau International Labour Organization (ILO) menyampaikan imbas kudeta militer dan dampak Covid-19 di Negara Myammar membuat kondisi negara tersebut mengalami krisis ekonomi. Dampaknya, pada pertengahan 2021 ini, menyebabkan krisis ketenagakerjaan, sehingga buruh banyak kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Dimasa Pandemi, DPRD DKI Jakarta Tidak Peka Kepada Ratusan Ribu Buruh Yang ter-PHK , Sudah Tepat Pemerintah Larang TKA Masuk ke Indonesia, Walau Terlambat ,
Donglin Li, Pejabat atau Perwakilan ILO
Myanmar mengatakan pekerjaan dikontrak sekitar 6 persen pada kuartal kedua
tahun 2021 dibandingkan kuartal ke 4 tahun 2020, hingga 1,2 juta orang
kehilangan pekerjaan. Pada paruh pertama tahun 2021, diperkirakan 14 persen jam
kerja hilang, yang setara dengan waktu kerja setidaknya 2,2 juta pekerja penuh
waktu. Nah, buruh perempuan paling terdampak dimasa pandemi, dibandingkan
laki-laki.
“Myanmar sudah menghadapi tekanan
ekonomi dengan pekerjaan dan mata pencaharian yang terancam akibat pandemi
Covid-19. Tapi perkiraan tersebut menunjukkan penurunan yang serius dan cepat
dalam pekerjaan pada paruh pertama tahun ini dalam skala yang dapat mendorong
banyak orang di Myanmar ke dalam kemiskinan yang parah,” ucapnya beberapa waktu
dalam keterangan tertulis.
Intinya, semua sektor ekonomi telah
terkena dampak, dengan konstruksi, garmen dan pariwisata dan perhotelan di
antara yang paling terpukul. Pada paruh
pertama tahun 2021, lapangan kerja di sektor-sektor ini masing-masing
turun sekitar 35 persen, 31 persen dan 25 persen, dengan kerugian yang lebih
tinggi dalam jam kerja relatif. (Red/A1)