KSBSI.ORG, Jakarta-Hampir seminggu ini, masyarakat Indonesia melakukan protes terkait tes Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19 yang sangat terbilang mahal. Sebelumnya, harga PCR yang dilakukan di klinik dan Rumah Sakit (RS) mencapai Rp.900.000 ribu. Harga ini dinilai sangat menindas masyarakat, ditengah sulitnya perekonomian masa pandemi. Sementara, di Negara India, harga PCR kisarannya hanya Rp. 90.000-100.000 ribu.
Baca juga: Komitmen Sosial Dialog SP SB, APINDO dan KEMENAKER di masa Covid 19,
Elly Rosita Silaban
Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan dirinya
melihat semakin serius menangani pandemi Covid-19. Khususnya dalam program
vaksin Covid-19 ditengah masyarakat. Serta berupaya keras mengurangi jumlah
korban yang terpapar virus Corona. Tapi dia mendesak, ditengah situasi yang
sulit ini agar harga PCR dibuat semurah mungkin.
“Menurut saya, bukan
masyarakat kecil saja yang protes dengan harga PCR yang terbilang tinggi.
Bahkan kalau tidak salah satu perusahaan penerbangan Garuda milik BUMN ikut
keberatan. Soalnya harga PCR yang mahal ini telah berpengaruh pada turunnya
jumlah penumpang di pesawat mereka,” ucap Elly saat diwawancarai di Kantor
KSBSI, Cipinang Muara Jakarta Timur, Senin (16/8/21).
Kata Elly, karena banyaknya
tekanan masyarakat akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memerintahkan
Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes) untuk segera menurunkan harga
tes PCR Covid-19 dengan kisaran harganya Rp. 450.000 sampai Rp.550.000. Dan
pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun sedang mengkaji penurunan harga
tersebut.
“Kalau nanti pemerintah
resmi mengumumkan harga tes PCR Covid-19 menjadi Rp. 450.000-Rp.550.000 saya
pikir belum menggembirakan buruh dan masyarakat. Karena jujur saja, dimasa
pandemi ini, semua kondisi keuangan kita memang sedang mengalami kesulitan.
Apalagi tes PCR Covid-19 ini hanya berlaku 1X24 jam saja,” jelasnya.
Tegasnya, Elly mengatakan
bahwa biaya tes PCR Covid-19 bukan menjadi solusi bagi masyarakat. Namun semkain
menambah beban masyarakat. Rumah Sakit (RS) dan klinik kesehatan juga dinilainya
sangat tidak adil membuat harga yang terbilang mahal itu.
“Menurut saya ditengah
sulitnya pandemi ini pemerintah harus memihak rakyat kecil. Karena kebijakan
tes PCR Covid-19 ini justru lebih menguntungkan pihak tertentu saja. Terlebih
lagi, sampai hari ini masih banyak kasus swab antigen palsu yang beredar
ditengah masyarakat yang belum ditangani serius oleh pihak hukum,” ujarnya.
Saran Elly, sebaiknya
pemerintah membuat kebijakan harga tes PCR semurah mungkin, dibawah Rp. 100.000.
Atau bila perlu gratis bagi golongan masyarakat tidak mampu. Sebab, untuk seorang
pekerja informal yang penghasilannya tidak menentu, sangat sulit baginya
mengeluarkan biaya ratusan ribu hanya untuk kepentingan tes PCR Covid-19.
“Intinya KSBSI keberatan kalau harga tes PCR Covid-19 diatas Rp.100.000. Kondisi buruh sekarang ini sedang banyak yang mengalami pengurangan upah dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jadi sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian mereka,” tandasnya. [*/A1]