KSBSI.org, Jakarta - Ary Joko Sulistyo Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Federasi Serikat Buruh Garmen Kerajinan Tekstil Kulit dan Sentra Industri Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (DPP FSB GARTEKS-KSBSI) mendukung buruh perempuan tampil menjadi pemimpin. Sebab, di era keterbukaan informasi dan industri 4.0 ini, perempuan memang dituntut tampil berperan dan mengambil keputusan.
Baca juga: Pemerintah Belum Ada Niat Serius Memberantas Kejahatan Perdagangan Orang,
“Kalau
kita melihat peta pergerakan global saat ini, justru gerakan perempuan sedang
menjadi topik pembahasan utama,” ucap Ary Joko dalam Focus Group Discussion
(FGD) melalui virtual, Selasa (24/8/21).
Lanjutnya,
dia mengatakan peran buruh perempuan yang bergabung di FSB GARTEKS KSBSI harus
ikut memiliki komitmen untuk membesarkan organisasi. Baik dari tingkat Dewan
Pengurus Cabang (DPC) serta Pengurus Komisariat (PK). Serta berperan dalam
melakukan kampanye hak kesetaraan gender di dunia kerja. Lalu hak upah layak
dan mampu melakukan pengorganisiran buruh di perusahaan.
“Saya
berharap besar, maju atau tidaknya kepemimpinan buruh perempuan itu kuncinya
dari pembinaan dan pendidikan yang diberikan pengurus tingkat cabang dan
komisariat,” ungkapnya.
Karena
itulah, buruh perempuan harus diberikan motivasi dan partisipasi dalam segala
kegiatan pelatihan organisasi. Sebab, dengan diberikannya motivasi, serta
pendampingan, maka rasa percaya diri mereka akan bangkit untuk mengambil peran
menjadi pemimpin.
Dalam
diskusi itu, Ary Joko juga menyampaikan bahwa FSB GARTEKS sudah beberapa tahun
ini konsisten melakukan kampanye anti diskriminasi dan kekerasan berbasis
gender di dunia kerja. Pelatihan Gender Bassed Violence (GBV) yang melibatkan
pengurus cabang, komisariat dan anggota pun rutin dilakukan.
“Termasuk
sukses membuat kesepakatan perwakilan PK FSB GARTEKS dengan perwakilan
manajemen perusahaan. Seperti dibeberapa perusahaan Kabupaten Bogor dan Serang
dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tentang perusahaan bebas dari
diskriminasi dan kekerasan berbasis gender,” jelasnya.
Kemudian
mendorong Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) dan
Ratifikasi Konvensi ILO No.190 untuk
mengatasi kekerasan dan pelecehan berbasis gender di Indonesia. Intinya, Ary
Joko mengatakan FSB GARTEKS berkomitmen
mendorong perempuan dalam serikat buruh. Termasuk mengkampanyekan perempuan itu
bukan lemah dalam hal kepemimpinan.
“Baik
laki-laki dan perempuan semuanya mempunyai hak memimpin di serikat buruh.
Sebab, tugas pemimpin itu bukan bicara fisik dan badan kekar. Tapi harus bisa
mengedepankan jiwa melayani dan mengambil keputusan yang bisa membawa
organisasi lebih baik,” jelasnya. (A1)