KSBSI.org, Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) akan menggelar konferensi perburuhan internasional dan dikenal International Labour Conference (ILC) ke 110 di Jenewa Swiss. Pertemuan bergengsi ini akan digelar pada 27 Mei sampai 11 Juni 2022, dan dihadiri perwakilan pemerintah, serikat buruh dan pengusaha dari 187 negara Anggota ILO.
Baca juga: Pemimpin Serikat Buruh Internasional Kampanyekan Hak Perlindungan Sosial dan Ekonomi Informal ,
Selama 2 minggu pertemuan nanti, ada beberapa isu agenda yang
akan dibahas tentang masalah
dunia kerja di Konferensi Perburuhan Internasional (ILC). Seperti Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
(K3), Pemagangan,
serta ekonomi sosial dan solidaritas menjadi salah satu agenda konferensi.
Pada sidang pembukaan Konferensi Perburuhan
Internasional ke-110 juga akan memilih Presiden
dan Wakil Presiden Konferensi. Lalu mengadopsi pengaturan
operasional untuk pelaksanaan Konferensi dan konstitusi komite. Kemudian mendengarkan pidato pembukaan dari presiden
Konferensi, Pengusaha dan Ketua Kelompok Pekerja.
Dan pernyataan pembukaan dan laporan Direktur Jenderal ILO dan presentasi oleh Ketua Badan
Pengatur.
Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh
Indonesia (KSBSI) mengatakan dia bersama Dedi Hardianto sebagai Sekretaris
Jenderal siap menghadiri pertemuan bergengsi ini. Segala urusan kelengkapan
administrasi untuk mengikuti kegiatan juga sudah dipenuhi.
“Saya bersama Dedi Hardianto hari Senin minggu depan akan
berangkat ke Jenewa Swiss, sebagai utusan KSBSI. Semoga semuanya berjalan
lancar,” ucapnya, di Cipinang Muara, Jakarta Timur, Jumat (27/5/2022).
Elly menerangkan KSBSI sendiri telah menyiapkan materi yang akan
dibahas dalam pertemuan ILC. Diantaranya tetap mendorong dan mengkampanyekan
Konvensi ILO Nomor 155 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Konvensi
187 tentang Kerangka Promosional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar
diterapkan di dunia kerja.
“Perwakilan serikat buruh nanti meminta penjelasan kepada pengusaha
apa aspek investasi yang terhambat pada konvensi 155. Nah, dalam konteks
produktivitas, OSH (K3) adalah kunci proses produksi, jadi investasi tidak
boleh mengabaikan K3,” jelasnya.
KSBSI juga diberi kesempatan untuk berpidato saat berlangsungnya
pertemuan tersebut untuk melalukan intervensi. Elly mengatakan sebagai utusan
KSBSI dirinya akan menyampaikan pernyataan sikap menolak diskriminasi dalam
pekerjaan dan jabatan di dunia kerja di China. Karena negara ini belum
sepenuhnya menjalankan semangat Konvensi ILO atau K-111.
“Saya juga akan
menyuarakan menolak pemberangusan serikat buruh Negara Myanmar yang dilakukan
oleh rezim junta milter. Sikap ini adalah sebagai bentuk solidaritas KSBSI
kepada gerakan buruh di Myanmar yang saat ini memperjuangkan kebebasan
demokrasi ,” tegasnya. (AH)