KSBSI.org, JAWA TIMUR- Hari ini, Senin (25/7/2022) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar, Program Safe and Fair ILO-UN Women, Uni Eropa, Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) dan Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Jawa Timur meresmikan Pusat Informasi dan Layanan Terpadu Satu Atap yang Responsif Gender (Migrant Worker Resourse Center/MRC) di Pendopo Ronggo Hadi Negoro Kantor Bupati Blitar Jawa Timur. Peresmian ini langsung dihadiri Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah dan Bupati Blitar Rini Syarifah.
Baca juga: KSBSI Tegaskan Bagian dari Aliansi Sejuta Buruh, Tolak Klaim Sepihak Iqbal,
Rini Syarifah Bupati Kabupaten Blitar
Sekadar
tahu, pengintegrasian MRC
dengan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia yang Responsif Gender ini
merupakan model percontohan pertama di Indonesia. Sebagai bentuk kerja sama multi-pihak
antara pemerintah, serikat pekerja dan
organisasi non pemerintah (pusat krisis perempuan) dalam membangun layanan
terpadu dan terkoordinasi sesuai mandat Undang-Undang Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia (UUPPMI) No. 18/2017. Dimana bertujuan meningkatkan pelindungan pekerja migran
perempuan dan keluarganya di setiap tahapan migrasi, dari kampung halaman
hingga kembali lagi.
MRC ini juga didukung oleh ILO melalui
program Safe and Fair: Realizing women
migrant workers’ rights and opportunities in the Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN), sebuah program
bersama ILO dan UN Women berkolaborasi dengan UNODC. Dengan dukungan Uni Eropa,
Program Safe and Fair bertujuan untuk memastikan migrasi yang aman dan adil
bagi semua perempuan di ASEAN, termasuk Indonesia.
Ida Fauziyah menyampaikan bahwa program percontohan ini merupakan komitmen pemerintah
dalam mengoptimalkan fungsi
LTSA sesuai mandat Pasal 38 UUPPMI No 18/2017 dan Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 59
Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.
“Hadirnya layanan non administratif
yang responsif gender dan terfokus pada fungsi pelindungan ini diharapkan semakin dapat
melindungi para pekerja dan calon pekerja migran beserta keluarganya di
Kabupaten Blitar,”ucapnya
dalam kata sambutan.
Sementara
itu, Rini Syarifah Bupati menegaskan pengintegrasian MRC-LTSA yang responsif gender diharapkan dapat layanan
perlindungan yang menyeluruh dan responsif gender bagi pekerja migran
Indonesia, terutama di desa-desa dalam bentuk, di antaranya, penguatan
kapasitas perangkat desa untuk peningkatan tata Kelola desa migran, konsultasi
pra-kerja, layanan psiko-sosial konseling, penanganan kasus, layanan bantuan
hukum, pelatihan calon pekerja migran dan penyediaan informasi otoritatif.
“Kabupaten Blitar bangga menjadi bagian dari program percontohan yang
mengintegrasikan dua lembaga menjadi satu keterpaduan dan menjadi sinergi yang
kolaboratif antara pemerintah, serikat pekerja dan organisasi perempuan. Ini
akan semakin memperkuat perlindungan bagi para pekerja migran Indonesia yang
berperan besar dalam pembangunan daerah dan nasional,” ujar Bupati Rini.
Hal yang sama juga ditegaskan Deepa Bharathi, Kepala Penasihat Teknis
dari program Safe and Fair mengatakan “MRC-LTSA yang responsif gender akan
memastikan informasi dan layanan yang diberikan kepada perempuan pekerja migran
relevan dan merespons kebutuhan mereka. ILO senang menjadi bagian dari
pengembangan MOU/Komitmen Bersama dan pembentukan MRC di Indonesia. Hari ini di
Blitar, kami menyerukan kepada semua pemangku kepentingan terkait untuk
berkerjasama untuk memastikan perlindungan yang lebih luas terhadap hak-hak
perempuan dan laki-laki pekerja migran Indonesia di Indonesia dan luar negeri.”
kata Deepa.
Duta Besar Uni Eropa, Vincent Piket menyampaikan"Agar para perempuan
pekerja migran dapat terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perekonomian dan masyarakat, adalah sangat penting untuk melindungi keamanan,
keselamatan, dan hak-hak mereka. Melindungi hak-hak pekerja migran mulai dari
sebelum berangkat, keberangkatan, transit, masa bekerja dan ketika kembali ke
Indonesia menjadi krusial. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya
kolaborasi yang baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Uni Eropa sangat
senang bisa membantu kemitraan multi-pihak dalam pembentukan Migrant Workers
Resource Centre (MRC) di Blitar dan di kabupaten lain di Indonesia."
Presiden Konfederasi KSBSI yang juga menjadi ketua Labour 20 (L20) dari
G20 Indonesia, Elly Rosita Silaban, menyambut baik kerja
sama dan kolaborasi ini. Ia menegaskan bahwa pelibatan pemerintah desa dan
peningkatan peran desa merupakan sebuah kebijakan yang dapat memutus mata
rantai perdagangan orang dan mengatasi kasus-kasus lainnya.
“Selain itu untuk perlindungan di negara tujuan, kami pun telah menjalin
kerja sama dengan berbagai serikat pekerja di negara tujuan untuk melindungi
dan mengadvokasi hak-hak pekerja migran,” ungkap Elly.
Kabupaten Blitar termasuk salah satu wilayah pengirim pekerja migran
yang tergolong tinggi. Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Blitar menyebutkan kabupaten ini menempati urutan kedua se-Jawa Timur. Umumnya
mereka ditempatkan di Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, Korea Selatan,
Polandia, Srilanka, Jepang, Saudi Arabia, Inggris dan Rumania. (A1)