DPP FPE Kunjungi Kalimantan Timur, Angkat Isu Batu Bara

DPP FPE Kunjungi Kalimantan Timur, Angkat Isu Batu Bara

.

KSBSI.org, Balikpapan, Kali ini Dewan Pengurus Pusat (DPP) Federasi Pertambang dan Energi afiliasi Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (FPE KSBSSI) mengunjungi Kalimantan Timur. Dalam kunjungannya DPP FPE KSBSI melakukan training Leadership Training Course dan Just Transision (perubahan yang adil).Kegiatan LTC dan Just Transision yang diprakarsai FPE KSBSI ini dilaksanakan pada 24 September 2022 di Hotel Platinum Kota Balik Papan Kalimantan Timur.

Baca juga:  Memperkuat Internal dan Membangun Jaringan Menjadi Pembahasan Utama Agenda Rakorwil KSBSI Riau,

Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan ini yakni perwakilan FPE KSBSI Kabupaten Paser, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Bontang, Berau dan Malinau, Kalimantan Utara. Hadir  tiga pimpinan DPP FPE KSBSI  dalam kegiatan ini yakni, Riswan Lubis, Nikasi Ginting dan Sih Aryanti.

Sementara itu beberapa pembicara dari eksternal hadir yakni, H. Rozani Erawadi selaku Kadisnaker Prop. Kalimantan Timur, Dr. Israidi Zainal, Komisi II DK3N, Rita Olivia selaku IKI JET dan Chris Panjaitan dari ILO.

Riswan Lubis pada kata sambutannya, menyatakan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No.112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Listrik. Perpres tersebut telah dikeluarkan pada, 13 September 2022. Dengan dikeluarkannya Perpres tersebut 3 PLTU telah bersepakat dengan Asian Development Bank (ADB) akan  mengakhiri penggunaan batu-bara sebagai bahan baku PLTU.

Saat ini Indonesia adalah negara penghasil batu bara ketiga terbesar setelah China dan India, sementara untuk konsumsi batu bara Indonesia berada di posisi nomor 4 dengan konsumsi tahunan sebesar 2 %. Sementara posisi  China, 54,3 %, India, 11,6 % dan USA, 6,1%  berdasarkan data BP Statistical Review 2021.

Hampir semua pembicara menyoroti terkait rencana pemerintah menghentikan tambang batu bara dalam rangka mengurangi gas emisi yang dihasilkan dari batu bara. Para pengurus FPE KSBSI yang hadir dalam kesempatan tersebut mengharapkan pemerintah harus memperhatikan nasib para buruh yang akan terdampak dari rencana penutupan tambang batu bara.

Sementara itu Rita Olivia dari lembaga IKI-JET menjelaskan bahwa saat ini ITUC sedang bekerjasama dengan KSBSI (didalamnya ada FPE) melakukan berbagai survei dan mencari data terkait dampak-dampak yang akan dirasakan baik buruh formal yang ada dipertambangan maupun buruh informal disekitar pertambangan.

“Kita berharap FPE KSBSI nantinya bisa melakukan berbagai diskusi berbentuk workshop baik bersifat regional maupun bersifat nasional terkait dampak-dampak dan kita bisa duduk bersama dengan pemerintah dan pengusaha tambang batu-bara serta mencarikan solusi terhadap dampak-dampak akan dihadapi buruh,” ungkap Rita.

Sementara itu Riswan Lubis menawarkan perlunya studi banding kenegara yang telah berhasil melakukan penghentian tambang batu bara dan berhasil memberikan jalan keluar terhadap para buruh yang bekerja ditambang batu bara dan masyrakat sekitar.

Usai melakukan kegiatan training selanjutnya rombongan DPP FPE KSBSI melanjutkan perjalanan ke Sangatta, Kab.Kutai Timur untuk melakukan training “Penguatan Tim Perunding PKB”. Training dilakukan dikarenakan dalam waktu yang tidak lama lagi PK FPE KSBSI PT. Kaltim Prima Coal akan melakukan perundingan PKB.(RL/A1)

Komentar