KSBSI.ORG, Setelah berhasil menggulingkan pemerintahan yang resmi di Negara Afganistan, kelompok militan Taliban dikabarkan membuat teror dan kekerasan kepada pekerja media. Kelompok ini melakukan operasi pencarian sampai ke rumah 3 pekerja penyiar publik Jerman Deutsche Welle (DW). Serta seorang jurnalis lepas dan penerjemah pada 18 Agustus 2021. Menyikapi ancaman itu, Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) mendesak pihak internasional segera melakukan evakuasi dari wilayah berbahaya ini.
Baca juga:
Hasil
laporan pers yang dikeluarkan DW beberapa waktu lalu, menyampaikan 3 rumah
stafnya digrebek kelompok Taliban. Pekerja media ini sudah bertahun-tahun
bekerja di Afganistan dan selain itu masih banyak staf DW saat ini yang
dilaporkan DW keselamatannya dibawah teror kekerasan.
Perusahaan media dari Jerman ini menegaskan pengambilalihan kekuasaan Taliban membuat pekerja DW dan keluarganya di Afghanistan semakin terancam. DW juga mengingatkan jurnalis dari negara barat menjadi target pencarian kelompok militan Taliban. Dan telah mengirim rincian kontak stafnya ke Kementerian Luar Negeri Jerman untuk evakuasi diperlukan. Tidak ada karyawan DW berada di rumah mereka selama pencarian kelompok Taliban.
“Pada
17 Agustus, gerilyawan Taliban menggeledah rumah jurnalis lepas dan penerjemah,
yang pernah bekerja dengan AS Wesley Morgan. Dia juga tidak ada di rumah selama
pencarian mereka,” ungkap DW.
Asosiasi
Jurnalis Independen Afghanistan (AIJA) ikut melaporkan dua juru kamera Ariana
TV Mahmoud Naimi dan Pajhwok dari News Babrak Amirzadeh dipukuli gerilyawan
Taliban di Jalalabad Provinsi Nangarhar. Kejadian ini terjadi pada pada 18
Agustus lalu, saat melaporkan protes terhadap pengambilalihan Taliban di
Afghanistan.
Kemudian melaporkan Ahmad Navid Kavosh seorang
jurnalis TV Khorshid, dipukuli di Bandara Hamid Karzai, waktu mencoba
mewawancarai seorang anggota Taliban. Artinya kekerasan terhadap wartawan
semakin nyata. Walau Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyampaikan dalam
konferensi pers konferensi pers pertamanya pada 17 Agustus, setelah pendudukan
Taliban di Kabul, akan menjamin keselamatan jurnalis.
Pantauan
terakhir dari IFJ terhadap situasi dilapangan semakin banyak mengungkapkan
ketakutan diantara komunitas media Afghanistan. Hal ini disebabkan karena
keberaniannya yang terus meliput dan mendokumentasikan peristiwa penting
diwilayah konflik bersenjata itu. Termasuk kondisi jurnalis perempuan pun
banyak terancam dan terpaksa berhenti melakukan liputan berita. IFJ bersama
afiliasinya dari seluruh dunia akan terus mengirimkan pesan solidaritas dan
dukungan kepada rekan-rekan mereka di Afghanistan. (*)