Sekjen FPE Prihatin, 4 Bulan Terakhir di Pertambangan 15 Meninggal, 400 Positif Covid

Sekjen FPE Prihatin, 4 Bulan Terakhir di Pertambangan 15 Meninggal, 400 Positif Covid

Nikasi Ginting SH, : Sekjen DPP FPE

KSBSI.org, JAKARTA – Pandemi covid-19 berdampak langsung terhadap berbagai sektor industri termasuk industri pertambangan dan energi. Dampak itu, diantaranya, buruh yang di PHK, puluhan buruh yang meninggal karena Covid dan ratusan lainnya positif sehingga haru dikarantina.

Baca juga:  Dialog Bersama Menaker dan Aktivis Buruh Perempuan, Salah Satunya Bahas RUU PKS ,

Selain itu ada sejumlah perusahaan yang mengambil langkah efisiensi dengan mengurangi atau memutus hubungan kerja buruhnya. Hal itu diungkap Nikasi Ginting SH, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Federasi Pertambangan dan Energi (Sekjen DPP FPE).

“Dampak dari pada covid ini, adanya efisiensi terhadap Sekitar enam orang Pengurus Komisariat (PK) FPE di Perusahaan Sub-kontraktor Petrogas di Kabupaten Sorong, migas.” kata dia kepada Media KSBSI Group lusa lalu di Kantor Pusat DPP FPE, Senin (14/9/2021).

Langkah efisiensi diambil oleh Manajemen setelah lebih dulu dilakukan sosial dialog, diskusi dan Persetujuan Bersama (PB) yang disepakati. PB itu terjadi setelah tiga bulan negosiasi sejak Maret sampai Juni 2020 lalu.

Ada pun dalam Perjanjian Bersama itu, kata Nikasi, berbunyi ‘bahwa perusahaan sedang menghadapi kesulitan karena dampak covid, tapi jika nanti sudah mulai normal kembali, ada perekrutan maka akan memperioritaskan ke-enam Pengurus Komisariat FPE yang di PHK ini dengan sisa kontrak 4 bulan dibayar oleh perusahaan.

 “Berdasarkan diskusi, sosial dialog pengurus dengan Manajemen di tengahi oleh Disnaker sehingga terbentuklah Persetujuan Bersama. Nah itu mungkin di tahun kemarin,” ungkapnya.

Selain persoalan efisiensi, Nikasi mengatakan pihaknya sudah melakukan riset ke PT Freeport Indonesia di dua wilayah, di Timika dan Tembagapura yang disponsori oleh IIWE (International Institute Worker Education).

Hasil riset diambil dari bulan September sampai Desember 2020. FPE melihat PT Freeport sangat Aware dan sangat peduli dengan kesehatan buruhnya apalagi di masa pandemi. Namun syarat-syarat yang diterapkan manajemen untuk boleh bekerja, baik masuk ke dalam Side dan yang keluar dari side (wilayah kerja Freeport), cukup ketat.

Dibentuk juga satgas Covid yang anggotanya diambil dari pihak Manajemen dan Serikat buruh. Hasil riset menyebutkan, sampai akhir 2020, Covid masih bisa terkendali.

Praktis menurut Nikasi, sepanjang tahun 2020, angka serangan covid di wilayah Timika dan Tembaga Pura masih cukup terkendali.

Namun memasuki tahun 2021, terutama dalam 3 bulan terakhir, Nikasi menyebut, dua wilayah Freeport itu sangat terdampak covid. Berdasarkan Laporan pengurus, ada beberapa anggota FPE yang positif Covid.

15 Meninggal 400 Lebih Positif Covid

“Nah memasuki periode 2021, Timika babak belur. Terhitung tiga bulan terakhir ada 15 pekerja di lingkungan Freeport meninggal dunia, itu berdasar laporan Pengurus,” ungkap dia. Jumlah pastinya masih diteliti.

Selain di Timika, covid juga menerjang site Gosowong wilayah pertambangan PT Nusa Halmahera Minerals (PT NHM) yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

“Malah lebih parah. 4 bulan kemarin, mereka terkonfirmasi 400 orang lebih, positif Covid. Jadi yang di Ternate itu, kita komunikasi langsung ada empat karantina yang difasilitasi perusahaan. Jadi yang mau ke Side (Gosowong) transit dulu disitu, PCR, antigen dan segala macam. Kalau reaktif, mereka harus karantina dulu. Kalau sudah negatif baru boleh ke side,” urainya.

Side adalah tempat buruh tambang bekerja. Umumnya berjarak lebih dari 1 jam jauhnya dari kota terdekat.

Secara umum, menurut Nikasi, perusahaan tambang tempat anggota FPE bekerja sangat preventif dalam melindungi pekerjanya dari serangan Covid. “Namun kembali kepada atitude dan kesadaran pekerja itu sendiri dalam melaksanakan prokes itu,” tandasnya.

Oleh karena itu, mau tidak mau semua buruh harus divaksin. Jika di Jakarta, angka masyarakat yang divaksin mungkin sudah berkisar sampai 80 persen. Namun di daerah, masih banyak kendala.

“Sekarang daerah, kalau kemarin DKI itu babak belur, sekarang justru daerah yang banyak zona merah. Dan ketersediaan vaksin itu terbatas. Kemarin waktu diskusi dengan ILO kita juga sampaikan, barangkali bisa difasilitasi perusahaan yang belum menyediakan vaksinasi, karena tidak semua juga perusahaan mampu (membiayai vaksin),” terangnya.

Selain ketersediaan vaksin yang terbatas, jangkauan jarak juga menjadi hambatan sebab harga vaksin bisa semakin mahal.

Nikasi mencontohkan, IMIP (PT Indonesia Morowali Industrial Park) Morowali, meskipun sudah ada Lapangan Terbang, tetapi jika berkunjung kesana, harus ditempuh selama 2 jam sampai ke Side IMIP.

Menurut dia, semua sektor industri sudah terdampak covid dan itu berimbas pada turunnya jumlah anggota serikat buruh, termasuk FPE. “Jadi sekarang, semua sektor memang terdampak Covid,” tandasnya. [REDKBB]

Komentar