KSBSI.org, Pemerintah melalui Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah menyatakan, dengan banyaknya jumlah usia produktif membuat Indonesia berpotensi besar mendapatkan bonus demografi yang puncaknya terjadi pada 2030. Menaker mengatakan, untuk mendapatkan bonus demografi, dibutuhkan serangkaian persyaratan, di antaranya penduduk yang masuk kategori usia produktif memiliki kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi.
Baca juga: Hadir di Rakorwil Kalbar, Presiden KSBSI Berharap Kapasitas Kader Meningkat ,
"Saya percaya dan yakin bonus
demografi akan kita raih dan kita akan masuk menjadi negara maju di tahun 2045
kalau kita mempersiapkan dengan baik, termasuk Pesantren Bina Insan Mulia yang
akan mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju yang memiliki kedisiplinan
yang tinggi dan etos kerja yang tinggi, " ucap Menaker saat mengadakan
kunjungan ke Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Jawa Barat pada Minggu
(24/10/2021).
Menaker mengatakan, jumlah usia
produktif yang ada di Indonesia merupakan anugerah yang harus dimanfaat dengan
baik, sehingga menjadi bonus demografi dan bukan sebaliknya menjadi bencana
demografi.
"Tidak semua negara mendapatkan
bonus demografi. Di antara negara-negara yang mendapatkannya, yaitu Jepang,
China, dan Korea Selatan. Bonus demografi mengantarkan Jepang menjadi negara
maju, mengatarkan China menjadi negara maju, Korsel maju. Dan tidak sedikit
juga yang gagal memanfaatkannya seperti Afrika dan Brazil," terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, jika
Indonesia berhasil meraih bonus demografi, cita-cita Indonesia menjadi negara
maju pada 2045 atau 100 tahun setelah kemerdekaan Indonesia dapat terwujud.
"Nantinya Indonesia menjadi negara
maju terbesar ketiga di dunia yang pertumbuhan ekonominya tinggi, yang tidak
ada orang miskin di Indonesia, yang kemiskinannya nol persen," ucapnya.
Ia percaya, dalam upaya mewujudkan
Indonesia sebagai negara maju, Pesantren Bina Insan Mulia akan turut
berkontribusi untuk tidak hanya mencetak santri-santri yang memiliki kedalaman
ilmu agama, tetapi juga memunculkan santri-santri yang menguasi teknologi
digital.
"Kita tidak hanya butuh
teknokrat-teknokrat, kita juga butuh konten-konten Youtube yang juga kontennya
kesantrian, kita juga butuh inovator-inovator baru yang juga santri. Kita ingin
mengisi Indonesia 2045 menjadi negara maju yang di situ ada kontribusi santri
di dalamnya," ujarnya (Biro Humas Kemnaker)