KSBSI.org, Peristiwa aksi buruh menjadi tidak atau kurang muncul pada abad ke-19 lebih disebabkan belum ada organisasi serikat buruh. Ciri serikat buruh ini adalah tidak ada motif ekonomi dalam proses pendiriannya, tidak ada masalah sekitar tahun berdirinya serikat-serikat buruh tersebut.
Baca juga: Presiden KSBSI: Kalau UU Cipta Kerja Dinyatakan Inkonstitusional Seharusnya Dibatalkan ,
Faktor yang mendorong pembentukan mereka adalah
pertumbuhan pergerakan buruh di Belanda. Sekitar tahun 1860-1870 di Nederland
mengalami pertumbuhan pergerakan buruh dan sejak ada pengaruh gerakan sosial
demokrat yang mendorong berdirinya National Arbeids Secretariats (NAS) sebagai
induk organisasi.
Pada saat itu di Hindia Belanda menetapkan pasal 111
Regeling Reglement (RR) yang melarang dilakukannya rapat dan pembentukan sebuah
organisasi tanpa ijin khusus dari pemerintah kolonial. Namun, pada tahun 1903
pemerintah kolonial menerapkan desentralisasi susunan pemerintah kolonial dan
menetapkan Bandung, Semarang, Surabaya, dan Batavia menjadi suatu gemente/ kota
dan pengeturannya dilaksanakan oleh gementeraad (dewan kota), yang kemudian
menjadikan pasal 111 RR tidak berlaku.
Pembentukan serikat-serikat oleh buruh impor, selain
merupakan pengaruh dari perkembangan gerakan buruh yang berlangsung di Eropa
pula merupakan bagian dari kepentingan politik terbatas kehidupan kota.
Perkembangan selanjutnya dalam keanggotaannya serikat buruh ini tidak hanya
merekrut anggota impor saja, melainkan juga menerima kalangan bumiputera.
Belanda membentuk serikat buruh di negeri-negeri jajahan. Banyaknya buruh kulit
putih di negeri jajahan ini juga bersangkutan dengan semakin berkembangnya
industri, terutama industri perkebunan, yang kemudian menuntut dikembangkannya
sarana transportasi yang menghubungkan lahan kebun, pabrik dan pasar-pasar,
didirikannya sekolah-sekolah untuk mencetak tenaga perkebunan yang handal dari
kalangan pribumi, maupun perluasan jajaran birokrasi yang diperlukan untuk
mengatur perekonomian modern yang lebih kompleks tersebut.
Berturut-turut lahirlah Nederlandsch-Indisch
Onderwijzer Genootschap (1897), Statspoor Bond (serikat kereta api negeri,
1905), Suikerbond (serikat buruh gula, 1906), Cultuurbond Vereeniging v.
Asistenten in Deli (serikat pengawas perkebunan Deli, 1907), Vereeniging von
Spoor en Tramweg Personeel in Ned-Indie (serikat buruh kereta api dan trem, 1908),
dll.
Sekalipun pada awalnya serikat-serikat buruh ini
dibangun oleh buruh-buruh kulit putih, namun semangat internasionalis dari
gerakan buruh, yang saat itu sedang kuat di Eropa, meluber juga ke Hindia
Belanda. Banyak serikat buruh yang tadinya eksklusif untuk kulit putih ini
perlahan-lahan membuka pintu untuk bergabungnya buruh-buruh pribumi. Selain
itu, persinggungan antara buruh-buruh pribumi dengan buruh-buruh kulit putih
telah menularkan pula keinginan untuk membangun serikat buruh sendiri di kalangan
pribumi.
Program pendidikan merupakan salah satu program dalam
politik balas jasa di awal tahun 1900 memberi nuansa baru dalam perkembangan
intelektual bumiputera ditambah dengan pembentukan serikat-serikat oleh buruh
impor yang kemudian memicu serikat buruh dibangun oleh kaum pribumi. Serikat
buruh pribumi antara lain Perkumpulan Bumiputra Pabean (PBP) tahun 1911,
persatuan Guru Bantu (PGB) tahun 1912, perserikatan Guru Hindia-Belanda (PGHB)
tahun 1912, Persatuan Pegawai Pegadaian bumiputra (PPPB) tahun 1914,
Perhimpunan Kaum Buruh dan Tani (PKBT) didirikan tahun 1917 di lingkungan
industri gula.
Persatuan Kaum Buruh (PPKB) adalah gagasan dari
Sosorokardono, ketua PPPB (Pegawai Pegadaian) tahun 1919 yang dikemukakan dalam
kongres SI ke IV, pada Oktober 1919 di Surabaya. Berdirilah PPKB dengan Semaoen
sebagai ketua dan soerjopranoto sebagai wakil ketua. Tujua dibentuknya PPKB
adalah bermaksud untuk mengajak da mengadakan persatuan antara kaum buruh
sederajat sehingga mendapat suatu kekuasaan yang akan dipergunakan untuk
kesejahteraan kaum buruh.
Cara yang ditempuh PPKB antara lain melakukan sesuatu
sehingga kekuasaan pemerintah diperintah oleh rakyat sendiri, mengadakan
perdagangan, mengeratkan kaum buruh senasib dan seperjuangan, dan mendirikan
koperasi. Pada bulan Juni 1920 diadakan suatu konferensi di Jogjakarta yang
kemudian menyebabkan terpecahnya PPKB dan terbentuknya gabungan baru bernama
Revolutionaire Vakcentrale yang diketuai oleh Semaoen.
Pemogokan-pemogokan dengan mengandalkan organisasi mulai
gencar terjadi tahun 1920-an. Pemogokan-pemogokan yang semakin menjalar
tersebut di respon Gubernur dengan menerbitkan peraturan baru yang mendukung
berupa tulisan / artikel yang dimuat dalam surat kabar. Sumber :
disnakertrans.bantenprov.go.id