KSBSI.org, Dewan Pengurus Pusat Federasi Serikat Buruh Garmen, Kerajinan, Tekstil, Kulit dan Sentra Industri (DPP FSB GARTEKS) resmi menggelar agenda Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Tahun 2022 di Hotel Golden Boutique Jakarta Pusat, dari tanggal 18-19 Juni 2022. Acara tersebut dihadiri utusan Dewan Pengurus Cabang (DPC) dari berbagai daerah, sekaligus ajang konsolidasi organisasi.
Baca juga: Peringati Hari Pengungsi Sedunia, ITUC: Bangun Solidaritas Untuk Korban Pengungsi Dunia ,
Selain itu juga dihadiri Elly
Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI),
Sunarti SBSI 92, Dasep Suryanto Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Astri
CNV Internationaal, Harida Bakri KSPSI, Rekson Silaban MPO KSBSI dan FSB GARTEKS.
Serta utusan mitra internasional dan jaringan serikat buruh dari sektor garmen
tekstil.
Trisnur Priyanto Sekretaris
Jenderal (Sekjen) DPP FSB GARTEKS dalam kata sambutannya mengatakan tema RAKERNAS
yang diangkat tahun ini tahun ini adalah “Reposisi Gerakan Buruh Menyikapi
Berlakunya Undang-Undang Nomor.11 Tahun 2020 Tentang Undang-Undang Cipta Kerja
dan Turunannya’. Tema tersebut sengaja dibahas, karena beberapa pasal dari
undang-undang ini telah mendagradasi hak buruh di dunia kerja.
“Tantangan buruh semakin berat.
Buruh tidak bisa lagi hanya mengutamakan aksi demo dalam menghadapi UU Cipta Kerja.
Tapi harus memperkuat pengetahuan agar kader FSB GARTEKS semakin cerdas untuk
memberikan solusi,” ucap Trisnur dalam kata sambutannya yang juga dipercaya
sebagai Ketua Panitia RAKERNAS.
Selain itu, FSB GARTEKS harus
mampu menjawab tantangan zaman. Serta membangun strategi dan tetap optimis.
Kemudian, gerakan buruh tidak lagi hanya mengedepankan aksi demo. Namun, juga
harus unggul dalam membangun komunikasi dialog sosial, dengan pemerintah dan
pengusaha.
“Saya juga menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pengurus cabang dan PK. Karena selama pandemi
Covid-19 terjadi, tetap konsisten menolong dan memberikan advokasi buruh yang
terdampak pandemi. Seperti dalam penanganan kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan pemotongan upah,” jelasnya.
Kemudian, seiring perkembangan
jaman, Trisnur mengatakan serikat buruhnya tidak lagi hanya mengedepankan aksi
demo. Tapi sudah membangun keseimbangan gerakan. Dengan memperkuat Sumber Daya
Manusia (SDM) dan semangat militansi.
“Agenda ini sudah sesuai slogan
organisasi bersikap Cerdas, Berani, Militan. Dan ciri khas FSB GARTEKS adalah
selalu memberikan solusi saat melakukan sosial dialog dengan pemerintah dan
pengusaha,” tutupnya. (AH)
Sementara itu, Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan 25 tahun perjalanan FSB GARTEKS telah banyak meraih prestasi. Bahkan, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), sampai tingkat cabang dan PK sudah banyak yang berkualitas.
“Semoga pencapaian yang sudah
diraih ini tidak langsung puas diri. Tapi harus tetap rendah hati dan terus
belajar,” ucap Elly saat memberikan kata sambutan pada Agenda Rapat Kerja
Nasional (RAKERNAS) DPP FSB GARTEKS.
Dia berpesan kepada anggota FSB
GARTEKS agar meningkatkan keahlian dan ketrampilan kerja di era industri 4.0. Karena
sebagian peran dan tenaga manusia sudah banyak diambil alih oleh teknologi di
perusahaan. Jadi, buruh yang tidak mau beradaptasi dengan perkembangan zaman,
maka akan tersisihkan.
Selain itu, Elly juga menyampaikan
kemampuan komunikasi itu penting untuk ditingkatkan untuk setiap pengurus FSB
GARTEKS. Karena, komunikasi yang baik itu memiliki peran penting dalam
manajemen organisasi. Termasuk pengurus dan anggota juga harus meningkatkan kemampuan
bahasa Inggris. Sebab mitra dan jaringan internasional FSB GARTEKS semakin
banyak.
“Saya berharap, pengurus dan
anggota harus belajar bahasa Inggris, supaya bisa diutus ikut agenda pertemuan internasional
ini,” jelasnya.
Namun dia mengatakan agar
pengurus FSB GARTEKS jangan pernah merasa puas saat sudah banyak membuat
prestasi. Tapi harus tetap rendah hati, terus belajar serta konsisten
memperjuangkan hak buruh di duna kerja.
“Kader-kader buruh FSB GARTEKS
harus tampil menjadi pemimpin organisasi dan memperjuangkan hak kesetaraan
gender di dunia kerja. Sebab, pada
umumnya buruh di sektor garmen dan industri adalah perempuan. Jadi sudah
waktunya tampil aktif di serikat buruh.
“Saya sudah membuktikan seorang
perempuan juga bisa menjadi pemimpin serikat buruh di KSBSI. Jadi harus harus
ada perempuan-perempuan yang lebih hebat dari saya kedepannya,” tandasnya. (AH)