Dampak Pandemi dan Kemiskinan, 50 Juta Orang Menjadi Korban Perbudakan Modern

Dampak Pandemi dan Kemiskinan, 50 Juta Orang Menjadi Korban Perbudakan Modern

.

KSBSI.org,International Labour Organizatian (ILO) atau organisasi perburuhan internasional baru saja merilis hasil laporannya tentang kasus perbudakan modern. Berdasarkan hasil laporannya, ILO menyebut jumlah manusia yang menjadi korban perbudakan modern akibat krisis ekonomi dan kemiskinan global naik seperlima dalam beberapa akhir tahun ini.

Baca juga:  Demo di Kantor Wali Kota, Buruh Bekasi Tegas Menolak Kenaikan BBM,

Tepatnya, ILO menyampaikan sampai tahun ini, terdapat 50 juta orang menjadi korban perbudakan modern. Sebagian dari korban ini dipaksa bekerja diluar aturan ketenagakerjaan. Lalu sisanya dipaksa menikah secara terpaksa.

Guy Ryder Direktur Jenderal ILO mengatakan bahwa yang menjadi korban perbudakan modern ini pada umumnya memang tidak bisa menghindar. Sebab, kalau mereka menolak, akan mendapat ancaman kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan serta bentuk kejahatan lainnya.

“Situasi ini juga semakin diperparah karena pandemi Covid-19 yang berkepanjangan konflik bersenjata, terjadinya perubahan iklim, sehingga banyak orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem. Dan sebagian lain terpaksa bermigrasi ke negara lain,”  ucapnya, dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

Lanjutnya, Guy Ryder menerangkan jumlah manusia yang terjebak dalam perbudakan modern meningkat berlipat-lipat dari awalnya 9,3 juta pada 2016 lalu. Selain itu juga ditemukan bahwa lebih dari setengah orang yang masuk kerja paksa terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas atau berpenghasilan tinggi. Artinya, pekerja migran 3 kali lebih berpotensi masuk kerja paksa ketimbang mereka penduduk setempat.

Sebelumnya ILO juga mengungkapkan kekhawatiran atas tuduhan kerja paksa di beberapa bagian di China. Namun, bulan lalu, China segera membantah tuduhan itu. Lalumeratifikasi 2 konvensi yang menentang kerja paksa. (A1)

Komentar